Sabtu, 11 Juni 2016

Menu Sehat Berbuka Puasa dan Sahur




           
Dalam berpuasa yang harus ditekankan nilai spriritualnya. Puasa akan menjadi percuma kalau kita hanya merubah jam makan yang harusnya siang menjadi malam. Menurut ahli nutrisi Wied Harry Apriadji, dalam analisa nutrisi, orang yang hanya minum air putih selama 40 hari tidak akan sakit dan meninggal. Kebutuhan nutrisinya juga akan terpenuhi. Saat puasa seharusnya kita tidak banyak keinginan dan kita dalam situasi yang lebih tenang sehingga nutrisi lebih hemat karena tidak banyak terkuras oleh hal-hal yang tidak perlu.
Untuk menjaga agar tubuh tetap fit dan berstamina selama menjalani puasa, simak tip menu berbuka dan sahur dari dr.Phaidon L.Toruan, sport nutritionist berikut ini:
Saat Berbuka :
          Minum yang manis alami tanpa gula. Air kelapa, jus buah melon atau semangka  dan buah lainnya. Hindari gula pasir karena akan menyebabkan efek yoyo pada timbangan nantinya di hari Raya, dan memberi dampak kesehatan yang kurang baik
          Karbohidrat kompleks akan lebih baik plus makanan yang tidak digoreng. Nasi putih, dan makanan gorengan akan membuat ngantuk saat tarawih. Gorengan mengikat oksigen darah sampai 20%
          Pasca buka puasa, konsumsi lagi air putih. Usahakan mulai buka puasa sampai tidur minimal masuk air 1 liter.

Saat sahur:
          Utamakan air, vitamin, dan elektrolit. Artinya, minum air putih dan buah-buahan, atau jus buah tanpa gula. Air kelapa juga boleh. Caranya minum air kelapa dulu, dan karena sifat elektrolit di air kelapa , maka kita akan masih merasa haus baru dilanjutkan dengan minum air putih. Ketika tidur tubuh kita kehilangan berat 1-2 kg, dan itu adalah air. Jadi memulai puasa dengan restorasi cairan adalah langkah yang baik.
          Pilih menu utama yang terdiri dari karbohidrat kompleks seperti nasi merah, ubi, spageti, atau bubur kacang hijau dengan gula aren.  Jenis karbohidrat ini lebih “tahan lama” dalam membuat gula darah stabil, sehingga mood menjadi relatif lebih baik.
          Jangan lupakan serat, baik dari sayur atau buah. Selain membersihkan usus, serat adalah “sapu alami” yang membantu membersihkan sisa daging di sela- usus.
          Pilih lemak sehat atau minyak yang tidak digoreng, seperti zaitun, minyak kelapa atau flaxseed oil. Misalnya dalam bentuk sambal. Lemak membuat pergerakan makanan di perut menjadi lambat, sehingga lebih tahan lapar. Akan tetapi kalau diasup minyak gorengan, baik dari makanan siap saji yang dibeli semalam sebelumnya, atau menggoreng langsung, maka kita memasukkan radikal bebas ke dalam tubuh kita. Akibatnya manfaat puasa secara fisiologis berkurang.
Sedangkan ini adalah saran dari Dr. H. Anies, MKK, PKK, Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Undip, Semarang, dalam memilih menu sehat berbuka puasa dan sahur.
          Saat berbuka mulailah dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau pisang sale. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan shalat magrib.
          Setengah jam kemudian barulah nikmati menu utama. Makanlah secukupnya. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dapat menyantap hidangan yang masih ada.
          Makan sahur jangan dianggap sepele. Tidak jarang orang enggan bangun, padahal makan sahur sangat penting untuk mengimbangi zat gizi yang tidak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Makan sahur jangan asal kenyang, tetapi harus bergizi tinggi. Hidangan sahur harus bisa menjadi cadangan kalori dan protein serta membuat lambung tidak cepat hampa makanan. Dengan demikian, rasa lapar tidak cepat dirasakan. Makanan yang cukup mengandung protein dan lemak adalah; nasi, telur, dendeng, rendang, ikan dan tentu saja sayuran.
Menerapkan Food Combining Selama Puasa
Wied Harry yang pernah menerapkan pola makan Food Combining dengan cara mengonsumsi buah dan sayur secara terpisah, dan porsinya sama dengan asupan karbohidrat serta protein ke dalam tubuh. Selain itu, protein dan karbohidrat juga tidak dimakan bersamaan.  Pola makan seperti itu dibuat dengan mempertimbangkan lamanya proses pencernaan dalam tubuh agar nutrisi zat makanan dapat diserap secara sempurna.
Pola makan semacam itu tetap diterapkan saat menjalankan puasa. Meskipun porsi makan menjadi lebih sedikit. Namun, dengan penyerapan maksimal, tubuh tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal.
Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.
(Di sadur dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar